Kalimantan, pulau terbesar di Indonesia dan rumah bagi berbagai keanekaragaman hayati, adalah tempat yang memikat bagi para pencinta alam dan petualang. Salah satu pengalaman luar biasa yang bisa dilakukan di Kalimantan adalah orangutan trekking, sebuah petualangan yang membawa pengunjung untuk bertemu dengan salah satu primata paling langka dan cerdas di dunia, yaitu orangutan.
Dengan hutan tropis yang lebat dan dilindungi, Kalimantan menjadi tempat tinggal bagi orangutan Bornean, subspesies orangutan yang hanya dapat ditemukan di pulau Borneo. Trekking di habitat alami orangutan ini bukan hanya memberi pengalaman yang mendalam dengan alam, tetapi juga membuka mata kita akan pentingnya konservasi dan perlindungan spesies yang terancam punah.
Mengapa Kalimantan?
Kalimantan memiliki beberapa kawasan hutan tropis yang masih sangat asri dan menjadi rumah bagi berbagai spesies langka, salah satunya adalah orangutan. Ada dua subspesies orangutan yang hidup di Borneo, yaitu orangutan Bornean (Pongo pygmaeus) dan rajazeus terbaru orangutan Sumatran (Pongo abelii), meskipun orangutan Sumatran lebih banyak ditemukan di pulau Sumatra. Orangutan Bornean, yang menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung yang datang untuk melakukan orangutan trekking, telah mengalami penurunan populasi yang drastis akibat perusakan habitat, perburuan ilegal, dan perdagangan satwa liar.
Melalui konservasi dan program perlindungan, kawasan hutan yang terletak di Kalimantan menjadi habitat yang sangat penting bagi orangutan yang tersisa. Salah satu kawasan utama untuk orangutan trekking adalah Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah, yang dikenal sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk melihat orangutan di habitat aslinya.
Taman Nasional Tanjung Puting: Surga Orangutan
Taman Nasional Tanjung Puting adalah tempat yang paling populer di Kalimantan bagi para wisatawan yang ingin bertemu orangutan langsung di habitatnya. Kawasan ini tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena upaya konservasi yang dilakukan di sana untuk melindungi orangutan dari kepunahan. Tanjung Puting memiliki hutan bakau, hutan hujan tropis, dan sungai-sungai yang menjadi rumah bagi orangutan serta satwa liar lainnya, seperti bekantan, macaques, dan berbagai jenis burung.
Para pengunjung dapat mengikuti orangutan trekking di sini yang dilakukan dengan cara menyusuri jalur-jalur hutan dan sungai menggunakan perahu, yang disebut “klotok.” Klotok adalah perahu tradisional yang digunakan untuk mengarungi sungai di Taman Nasional Tanjung Puting. Selama perjalanan, wisatawan akan dibawa ke beberapa stasiun rehabilitasi orangutan di hutan, di mana orangutan yang dilindungi dan direhabilitasi kembali ke alam bebas akan dilepaskan dan ditempatkan.
Di stasiun rehabilitasi seperti Camp Leakey, pengunjung bisa melihat langsung proses rehabilitasi orangutan yang sudah dilatih untuk bertahan hidup di alam bebas setelah diselamatkan dari perburuan ilegal atau perdagangan satwa liar. Camp Leakey adalah salah satu pusat rehabilitasi paling terkenal di dunia yang didirikan pada tahun 1971 oleh Dr. Biruté Galdikas, seorang primatologis yang berfokus pada penelitian orangutan.
Pengalaman Trekking yang Mengagumkan
Selama orangutan trekking, para wisatawan akan diajak berkeliling di hutan dan mengikuti jalur trekking yang sudah ditentukan oleh pemandu wisata berpengalaman. Dengan mengenakan pakaian yang nyaman dan sepatu trekking yang cocok, pengunjung akan memulai perjalanan mereka di pagi hari, saat cuaca masih sejuk dan suasana hutan sangat damai.
Trekking ini bukan hanya tentang melihat orangutan, tetapi juga tentang menikmati keindahan alam Kalimantan. Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan menyusuri sungai-sungai, melintasi hutan yang rapat, dan terkadang bertemu dengan berbagai satwa liar lainnya seperti monyet ekor panjang, burung endemik, dan bahkan kemungkinan melihat bekantan yang memiliki wajah unik dengan hidung panjang.
Namun, tentu saja, yang paling ditunggu adalah momen pertemuan dengan orangutan itu sendiri. Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting sebagian besar adalah orangutan liar yang sudah terlatih dan terbiasa hidup bebas di alam, sehingga pengunjung bisa menyaksikan mereka beraktivitas dengan cara yang alami—memanjat pohon, mencari makan, dan berinteraksi dengan anggota keluarga mereka. Ini adalah pengalaman yang sangat istimewa, di mana pengunjung benar-benar bisa merasakan kedekatan dengan alam dan makhluk yang terancam punah.
Upaya Konservasi dan Tantangan
Di balik keindahan wisata orangutan trekking di Kalimantan, ada tantangan besar yang harus dihadapi untuk memastikan kelangsungan hidup orangutan di masa depan. Kehancuran hutan tropis akibat konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pembalakan liar, dan kebakaran hutan telah mengurangi habitat orangutan secara drastis. Akibatnya, populasi orangutan Bornean kini terancam punah, dengan estimasi hanya ada sekitar 100.000 orangutan yang tersisa di alam liar.
Namun, melalui upaya konservasi yang dilakukan di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dan program rehabilitasi yang dijalankan oleh berbagai lembaga konservasi, harapan masih ada. Program pemantauan, penyelamatan, dan pelepasliaran orangutan terus berlanjut, dan para pengunjung yang datang ke Kalimantan untuk trekking orangutan juga turut mendukung upaya ini melalui tiket masuk yang digunakan untuk membiayai konservasi.
Pesan untuk Pengunjung
Melakukan orangutan trekking di Kalimantan bukan hanya tentang menikmati keindahan alam dan berinteraksi dengan primata yang luar biasa ini, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan perlindungan terhadap spesies yang terancam punah. Pengunjung yang datang ke Kalimantan untuk berwisata tidak hanya memperoleh pengalaman yang tak terlupakan, tetapi juga turut serta dalam upaya konservasi untuk melindungi orangutan dan habitat alami mereka.
Sebagai wisatawan, penting untuk selalu menghormati alam dan mengikuti aturan yang diberikan oleh pemandu wisata, agar dampak terhadap lingkungan dan satwa liar bisa diminimalkan. Orangutan trekking di Kalimantan adalah pengalaman yang mengajarkan kita untuk lebih menghargai kekayaan alam dan untuk berperan serta dalam menjaga keberlanjutan bumi ini.
BACA JUGA: Ziarah ke Makam Sunan Kalijaga: Napak Tilas Wali Songo